Pages

Saturday, June 15, 2019

Suka Duka Melatih Lidah Vietnam Mengucap Bahasa Indonesia

Hanoi, CNN Indonesia -- Sebagai dosen Bahasa Indonesia, bagi saya mata kuliah wajib di semua jurusan universitas di Indonesia ini adalah sesuatu yang unik dan menyenangkan.

Jika ditinjau dari segi linguistik, bahasa Indonesia adalah varian dari bahasa Melayu. Sementara itu bahasa Melayu merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad awal penanggalan modern.

Sebagai bahasa dengan penutur terbanyak di Asia Tengara, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di berbagai bidang, seperti institusi pendidikan, media massa, sastra, surat-menyurat resmi, dan lainnya.


Hal ini rupanya yang menjadikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merasa perlu 'membawa' bahasa Indonesia ke ranah internasional, salah satunya melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang rutin memberangkatkan 50 guru Bahasa Indonesia ke seluruh dunia.

Saya terpilih sebagai pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Hanoi, Vietnam, sejak bulan Desember 2018.

Program ini sudah berlangsung lama di Vietnam, khususnya kota Ho Chi Minh. Hanoi baru ada dua angkatan, dan saya merupakan angkatan kedua.


Meskipun hanya berlangsung selama enam bulan, program ini terbilang cukup efektif dan menjaring banyak penduduk Vietnam yang tertarik belajar bahasa Indonesia.

Di Hanoi saya mengajar di dua universitas, yakni Hanoi University dan Vietnam National University. Bangganya, bahasa Indonesia sudah menjadi kurikulum di sana.

Selain mengajar formal, saya juga mengajar informal di KBRI untuk siapa pun yang berminat belajar bahasa Indonesia, khususnya para pegawai setempat yang bekerja di KBRI.

Kurang lebih saya mengajar 100 orang di dua tempat tersebut, itu belum termasuk di KBRI.

Sebagian besar alasan mereka tertarik mempelajari bahasa Indonesia karena berkeinginan belajar tentang kekayaan Indonesi,  seperti mengulik resep kuliner, seni, budaya, hingga wisata.

Selain itu bahasa Vietnam secara struktur mirip dengan Bahasa Indonesia, bahkan frasanya pun sama. Sehingga warga Vietnam tidak terlalu kesulitan untuk memahaminya.

Untuk mempelajari bahasa Indonesia ada berbagai tahapan yang harus dilalui oleh peserta didik.

Program ini dimulai dari tingkat terendah yakni A1 hingga tingkat tertinggi yaitu C2, dengan urutan sebagai berikut A1, A2, B1, B2, C1, dan C2.

Biasanya untuk tingkat A1 peserta diajarkan perkenalan diri dan percakapan sehari-hari yang sederhana, sedangkan untuk tingkat C2 peserta sudah harus bisa menulis esai hingga tulisan formal dengan bahasa Indonesia baku.

Selama hampir enam bulan berada di Hanoi, hanya ada dua kendala yang saya hadapi yakni mencari tempat salat dan makanan halal.

Mau tidak mau saya harus masak untuk memenuhi kebutuhan makanan, sedangkan untuk solat juga harus mencari ruangan kosong.

Warga di sini juga nampak heran melihat hijab, sehingga mereka sering bertanya apa tidak panas mengenakan pakaian seperti ini.

Namun setelah dijelaskan mereka paham dan menghormati.

Selebihnya tidak ada masalah selama saya tinggal di Hanoi, bahkan warga di sini sangat ramah. Faktor keamanan cukup pun terjamin, bahkan di Hanoi tergolong aman untuk keluar malam sendirian. 


---
Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, sila hubungi surel berikut: ardita@cnnindonesia.com / ike.agestu@cnnindonesia.com / vetricia.wizach@cnnindonesia.com[Gambas:Video CNN] (agr/ard)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190615092451-269-403487/suka-duka-melatih-lidah-vietnam-mengucap-bahasa-indonesia/

No comments:

Post a Comment