"Soalnya 20-30 persen kontribusi pendapatan ada di saat Lebaran, makanya kami berusaha keras saat momen kemarin, tapi ternyata susah," katanya. Menurut Tutum, penurunan penjualan ritel non makanan dan minuman tak hanya tergerus lesunya kemampuan membeli masyarakat. Namun, persaingan dengan penjualan dalam jaringan (online) yang kian meningkat. Sayangnya, kinerja penjualan online tak bisa dibeberkan dengan angka pasti karena masing-masing pemain biasanya tidak membuka kinerja mereka. "Tapi kalau diurutkan, pertama karena daya beli masyarakat yang turun. Kedua, persaingan dengan online," katanya. Dengan kondisi seperti ini, Tutum meminta pemerintah memperhatikan kondisi industri ritel dalam negeri. Sebab, pertumbuhan sektor ini juga menjadi salah satu tolak ukur kontribusi tinggi dari indikator konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan ekonomi.
Misalnya, dengan memberikan akses pasar ke pusat perbelanjaan strategis, pemerataan upah tenaga kerja, hingga mengurangi impor barang jadi. "Kami umumnya brand lokal butuh dukungan. Kalau bisa tak hanya meningkatkan ekspor, tapi juga cegah impor," pungkasnya.
(uli/agt) https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190613130011-92-402970/aprindo-sebut-penjualan-ritel-lebaran-tak-sesuai-harapan/
No comments:
Post a Comment