"Sesudah mengalami panen raya yang panjang sampai dengan April 2019, stok masih besar sehingga harga gabah ada penurunan meskipun tipis," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Kamis (2/5).
Berdasarkan pemantauan di 33 provinsi, untuk harga Gabah Kering Giling (GKG) Mei 2019 secara bulanan naik 0,88 persen dari Rp5.127 per kg menjadi Rp5.172 per kg. Namun, secara tahunan GKG turun 1,8 persen.
Di tingkat penggilingan, GKP secara bulanan turun tipis 0,01 persen menjadi Rp4.445 per kg. Sebaliknya, GKG naik 1,47 persen menjadi Rp5.298 per kg.
Secara tahunan, baik GKP maupun GKG di tingkat penggilingan masih melandai masing-masing 4,23 persen dan 1,4 persen.
Seiring penurunan harga gabah kering, harga sebagian besar jenis beras di tingkat penggilingan juga merosot. Secara bulanan, harga beras kualitas medium turun 0,02 persen apabila dibandingkan bulan sebelumnya mejadi Rp9.143 per kg. Lalu, harga beras jenis premium turun 0,52 persen menjadi Rp9.462 per kg. Sementara itu, harga beras kualitas rendah naik 0,19 persen menjadi Rp8.953 per kg.
Meski demikian, harga ketiga jenis beras lebih murah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Beras kualitas rendah misalnya turun harga 0,54 persen, medium minus 0,52 persen dan premiun negatif 0,65 persen.
Merosotnya sebagian besar harga gabah dan beras menyebabkan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan turun 0,55 persen secara bulanan menjadi 103,46. Kondisi ini berbanding terbalik dengan NTP Mei 2019 yang secara umum masih naik 0,38 persen menjadi 102,61 karena peningkatan di sektor hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan.
Sebagai catatan, NTP merupakan indeks perbandingan harga yang diterima dan biaya yang dibayar petani. Artinya, jika NTP tanaman pangan menurun, daya beli petani ikut melandai.
"NTP tanaman pangan masih menurun karena indeks harga yang diterima petani menurun karena harga gabah yang masih turun," ujarnya.
Di tingkat konsumen, harga beras baik grosir maupun eceran turun yaitu masing-masing sebesar minus 0,09 persen dan minus 0,45 persen. Konsekuensinya, harga beras bulan lalu memiliki andil minus 0,02 terhadap inflasi Mei 2019 yang mencapai 0,68 persen.
"Di satu sisi kita harus memikirkan bagaimana saat panen raya harga tidak jatuh tetapi tetap terjangkau konsumen. Bagaimana mencari kebijakan yang seimbang untuk menguntungkan kedua belah pihak memang bukan hal yang mudah," ujarnya.
(sfr/lav) https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190610135314-92-402095/harga-gabah-mei-2019-masih-turun-daya-beli-petani-tergerus/
No comments:
Post a Comment