Dalam rapat Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2020 dengan Komisi XI DPR, Sri Mulyani membeberkan setidaknya ada tiga sumber ketidakpastian global. Pertama, berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
Tensi dagang yang meningkat antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu menimbulkan prospek pertumbuhan ekonomi global akan lebih lambat dari proyeksi sebelumnya.
"Ada risiko berlanjutnya perang dagang. Dan, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi dunia di tengah pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif lemah," terang dia.
Kedua, kata Sri Mulyani, terkait masih tingginya impor, karena Indonesia membutuhkan investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Salah satu indikator investasi, yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ditargetkan untuk tumbuh 7 persen-7,4 persen pada 2020 nanti.
Pertumbuhan investasi di rentang tersebut dibutuhkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke rentang 5,3 persen hingga 5,6 persen pada 2020.
Ketiga, stagnasi harga komoditas yang akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia masih mengandalkan komoditas, seperti batu bara dan minyak sawit mentah untuk ekspor.
[Gambas:Video CNN]
"Namun, selain depresiasi pada 2020, ada juga faktor yang akan mendorong apresiasi rupiah seperti tidak berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter The Fed, bank sentral AS, dan masuknya arus modal asing seiring membaiknya perekonomian domestik," kata Sri Mulyani.
Selain asumsi kurs, Sri Mulyani juga mengajukan beberapa asumsi makro, yakni pertumbuhan ekonomi 5,3-5,6 persen, inflasi 2-4 persen (yoy), tingkat bunga Surat Perbendaharaan Negara (SBN) tiga bulan 5 persen - 5,6 persen, nilai tukar Rp14.000 - Rp15.000 per dolar AS, harga minyak mentah 60-70 dolar AS per barel.
(Antara/bir)
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190613184049-532-403111/sri-mulyani-ungkap-pemicu-rupiah-bisa-rp15-ribu-per-dolar-as/
No comments:
Post a Comment