Mujahid juga dikritik karena menggambarkan kamp-kamp penampungan etnis Uighur di Xinjiang sebagai "pusat pelatihan". Padahal, jutaan etnis Uighur diduga ditahan atau dipaksa masuk ke kamp-kamp pengasingan tersebut.
Pernyataan kontroversial itu diutarakan Mujahid saat melakukan lawatan ke China pada 23 dan 30 Juni lalu.
"Berita palsu di China tentang etnis Muslim yang tertindas dapat memicu gelombang simpati dan mempengaruhi relasi," kata Mujahid dalam pidatonya di Universitas Studi Asing Beijing.
"Sementara itu, berita palsu tentang umat Hindu diperlakukan secara tidak adil oleh Muslim di Malaysia, misalnya, juga dapat memicu kebencian terhadap minoritas Muslim di India," ujarnya menambahkan.
Amnesty International mengutarakan kekecewaannya terkait pernyataan Mujahid tersebut.
"Di kamp-kamp tersebut, mereka menjadi subjek indoktrinasi politik secara paksa, penyangkalan keyakinan, penganiayaan, dan dalam beberapa kasus bahkan penyiksaan," kata Direktur Eksekutif Amnesty International, Shamini Darshni Kaliemuthu, melalui pernyataan seperti dilansir The Straits Times, Selasa (2/7).
Senada dengan Amnesty International, wakil II kepala menteri Pahang, P Ramasamy, juga menuturkan kekecewaannya terhadap pernyataan Mujahid itu.
"Sangat disayangkan bahwa menteri yang bertugas dalam urusan agama Islam menggambarkan kamp-kamp konsentrasi di Provinsi Xinjiang di China sebagai 'kamp pelatihan' biasa bagi Uihgur," kata Ramasamy yang juga merupakan politikus senior koalisi berkuasa, Pakatan Harapan (PH).
"Tampaknya pemerintah Malaysia bersedia mengubah kebijakannya terkait Muslim secara umum ketika bersinggungan dengan tujuan strategis dan politik negara," kata dia.
Mujahid lalu mengklarifikasi pernyataan kontroversialnya tersebut dengan mengatakan bahwa media telah salah mengasumsikan komentarnya itu. Ia juga menyebut pernyataannya itu dimaksudkan untuk Muslim secara umum, bukan etnis Uighur saja.
Melalui Facebook, kantor Mujahid mengatakan bahwa kunjungan ke sebuah kamp etnis Uighur hanya satu bagian dari lawatannya ke China. Turnya ke China, papar Mujahid, dimaksudkan untuk memperkuat kerja sama antara kedua negara di bidang perdamaian, agama, dan sosial ekonomi.
Mujahid memaparkan ia juga ditemani oleh direktur jenderal Departemen Pengembangan Islam Malaysia (Jakim) dalam kunjungannya itu. Lawatan itu, katanya, dilakukan setelah menerima saran dari kementerian Luar negeri Malaysia.
Mujahid juga mengatakan dia turut "menekankan kebebasan beragama dan juga menghormati hak seseorang untuk menjalankan agamanya" saat bertemu seorang pejabat tinggi China dalam lawatannya itu.
"Ini adalah pertama kalinya seorang menteri dari Malaysia berbicara tentang agama kepada perwakilan China," ujarnya.
[Gambas:Video CNN] (rds/dea)
No comments:
Post a Comment