Kepala Sub bidang Informasi Iklim BMKG, Adi Ripaldi mengatakan berdasarkan monitoring pihaknya selama musim kemarau, tak cuma Jakarta Utara saja, tetapi wilayah lainnya di Ibu kota yang sudah tanpa hujan dengan lama durasi yang berbeda-beda.
"Berdasarkan monitoring kita BMKG, wilayah Jakarta Utara sudah ada yang lebih dari 60 hari tidak ada hujan. Kemudian, daerah Jakarta lainnya 31 hingga 60 hari," kata Adi saat dihubungi, Rabu (17/7).
Adi menjelaskan pihaknya memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Agustus dan September. Puncak musim kemarau ini diawali dari Jakarta Utara, kemudian merambat ke kawasan Jakarta Selatan sekitar bulan September.
Adapun dampak yang perlu diwaspadai dari musim kemarau ini adalah kekeringan dan kebutuhan air bersih. Terutama untuk warga yang menggunakan sumur sebagai sumber air bersih harus lebih memperhatikan ketersediaan air."Tapi tidak bagi yang menggunakan dari PDAM. Bagi masyarakat yang memanfaatkan sumur dangkal, sudah mulai terdampak," ujar dia.
"Bahkan katanya sudah ada yang beli air," lanjut dia.
Diketahui musim kemarau setidaknya masih akan berlangsung kurang lebih selama satu hingga dua bulan ke depan. Untuk itu ia mengimbau agar semua pihak bisa bersiap menghadapi kemarau berkepanjangan."Kemarau ini masih bertahan sampai sekitar Oktober. Jadi baru mulai kemarau 1-2 bulan, dan harus bersiap masih 2-3 bulan ke depan," kata Adi.
[Gambas:Video CNN] (ctr/osc)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190717174344-20-413020/musim-kemarau-jakarta-utara-tak-turun-hujan-60-hari-lebih/
No comments:
Post a Comment