Wakil Menteri Luar Negeri Taiwan, Miguel Tsao, mengatakan Tsai akan menghabiskan dua malam di AS sebelum berkunjung ke St. Vincent, St. Lucia, St. Kitts, Nevis, dan Haiti pada 11-22 Juli mendatang.
Setelah itu, Tsai akan berkunjung ke beberapa negara sekutu di Karibia. Sebelum kembali ke Taiwan, Tsai akan kembali menginap dua malam di AS.
"Keempat negara sekutu di Karibia memiliki cita-cita yang sama dengan Taiwan. Kunjungan ini adalah bentuk kebebasan, demokrasi, dan pemerintahan yang berkelanjutan," kata Miguel kepada wartawan, Senin (1/7).
Sementara itu, kantor berita Taiwan melaporkan bahwa Tsai diperkirakan akan singgah di New York dan Danver selama di AS.
Jika benar terjadi, kunjungan Tsai ke AS ini akan menjadi yang paling lama. Biasanya, Tsai berkunjung ke AS hanya sebagai tempat transit sebelum berkunjung ke Amerika Tengah.
Ketegangan keduanya kian memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah Tsai menjabat sebagai presiden Taiwan pada 2017 lalu.
Di bawah kepemimpinan Tsai, Taiwan semakin gencar menggalang dukungan internasional, terutama negara besar seperti AS, untuk memerdekakan diri dari China.
Sementara itu, China menganggap Taiwan sebagai wilayah pembangkang yang ingin memisahkan diri dari Negeri Tirai Bambu.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping bahkan menyatakan tak segan menggunakan kekuatan militer untuk membendung Taiwan.
China kerap mengancam negara lain untuk memutus hubungan diplomatik dengan Beijing jika di saat bersamaan menjalin relasi resmi dengan Taiwan.
Saat ini, Taiwan memiliki hubungan diplomatik hanya dengan 17 negara. Sebagian besar merupakan negara kecil di Amerika Tengah dan Pasifik.
Meski tak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, AS merupakan sekutu utama sekaligus pemasok senjata bagi wilayah tersebut. (rds/has)
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190701162228-113-408015/presiden-taiwan-rencanakan-lawatan-terlama-ke-as/
No comments:
Post a Comment