"Izin tak diberikan karena mungkin ada risiko persoalan perdamaian dan keamanan," demikian ujar Asisten Kepala Distrik di Kathmandu, Khrisna Bahadur Katuwal seperti dilansir Reuters.
"Tidak ada yang terjadi, namun kami harus lebih waspada atas segala kemungkinan aksi-aksi yang tak panas atau bahkan [ada warga] memperingatinya dengan membakar diri sendiri," sambung Katuwal.
Sementara itu, di sekitar lokasi komunitas-komunitas Tibet di wilayah Nepal dijaga lebih ketat oleh petugas keamanan, termasuk dekat kuil yang akan menjadi tempat peringatan ulang tahun Dalai Lama.
"Sudah begitu banyak persiapan dibuat, tapi pada akhirnya kami tak mendapatkan izin. Pemerintah (Nepal) sekarang semakin ketat... apa lagi yang bisa kami lakukan," ujar salah satu panitia perayaan ulang tahun Dalai Lama.
Meskipun begitu, ia mengatakan akan tetap memperingati hari ulang tahun pemuka agama itu secara privat di kediaman masing-masing.
Untuk diketahui, Nepal-yang berbatasan dengan China di kawasan pegunungan Himalaya merupakan tempat mengungsi sekitar 20 ribu warga Tibet. Mereka mengungsi ke Nepal karena perlakuan keras dan kasar pemerintah yang semakin keras atas segala aktivitas mereka.
Ribuan warga pengungsi Tibet melewati perbatasan Nepal setelah aksi melawan kekuasaan China pada 10 Maret 1959. Peristiwa itu pun membuat Dalai Lama terusir.
Namun, Nepal yang selama ini dikenal sebagai tempat aman bagi warga Tibet menjadi terganggu setelah pemerintah Hepal berkomitmen dengan kebijakan mengenal satu China.
Meski belum ada pernyataan jelas mengenai pengekangan terhadap warga Tibet, pada bulan lalu seorang warga Amerika Serikat yang merupakan keturunan Tibet ditolak masuk ke dalam negara tersebut. Selain itu, tiga juralis dari kantor berita nasional Nepal diperiksa pada Mei lalu karena menerjemahkan dan menyebarkan berita mengenai Dalai Lama. (Reuters)
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190707224302-113-409945/wilayah-di-malut-dan-sulut-yang-waspada-tsunami-pascagempa/
No comments:
Post a Comment